Gemuruh ombak mengantarkan ku ke peraduan
Bebatuan karang mulai terkikis menahan kerinduan
Mentari menghilang menyisakan kenangan senja
Senja itu mulai menghilang dari pandangan
Siluitmupun tak dapat lagi ku temukan
Senja itu mengantarmu pergi ke peraduan
Hingga malam bertandang
Gelap yang kurasakan
Kau tak kunjung datang
Kedung Tumpang mulai menyapa
Berdiri gagah diantara bebatuan nan menjulang
Yakinku kau tertelan
Hingga enggan tuk kembali pulang
Kedung Tumpang menyisakan kerinduan
Mengikis rasa menjadi tangis
Aku kembali
Pada senja
Yang pernah kita semai bersama
Selasa, 27 Maret 2018
Sabtu, 17 Maret 2018
Artikel "ANALISIS PERILAKU KONSUMEN"
Pada era globalisasi yang
semakin canggih ini, perkembangan usaha bisnis ditandai dengan tingkat
persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Keadaan tersebut
menyebabkan perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan perusahaan, memperoleh laba
optimal serta berusaha memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi
perusahaan pesaing. Seorang pemasar dituntut mampu menciptakan strategi
pemasaran yang tepat dalam rangka persaingannya dengan perusahaan lain. Pemasar
juga harus menciptakan produk yang mampu mengkarakteristikkan diri
agar konsumen mengenal produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan
tersebut. Untuk mengantarkan identitas perusahaan agar mudah
dikenal konsumen, merek menjadi hal yang sangat penting.
Agar dapat menarik minat dan
perhatian konsumen untuk memutuskan membeli produk, perusahaan tentunya harus
bisa memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, maka dari itu mempelajari
perilaku konsumen sangat penting untuk dilakukan.
Menurut James F. Engel et
al, mengatakan bahwa “consumer behavior
is the defined as the acts of individuals directly involved in obtaining and
using economic good service including the decision pprocess that precede and
determine these acts” (perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (Amirullah, 2002:2). Contohnya, seseorang menjadi senang setelah
mendengar melalui internet bahwa produk hp android lokal Advan, mengeluarkan
tipe terbarunya yaitu Advan G2 dengan keutamaan kamera depan dan belakangnya,
kemudian membelinya dan puas menggunakan telepon genggam tersebut.
Keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen tentunya melalui beberapa proses. Sebelum mengetahui proses
perilaku konsumen hendaknya perlu diketahui mengenai tipe proses pembelian
dari konsumen itu sendiri. Terdapat dua tipe pembelian yaitu, pertama, complex decision making yang mana proses
ini terjadi apabila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan
yang terjadi. Kedua, brand loyalti,
pada proses ini konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan melalui proses sedikit pertimbangan.
Menurut schiffman dan Kanuk
(2007: 16) pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
terdiri dari input, proses dan output. Berikut ini tahapan proses pengambilan
keputusan pembelian, antara lain; Pertama,
proses pembelian melalui pengenalan kebutuhan konsumen yang mana pemasar
melakukan identifikasi keadaan yang dapat memicu timbulnya kebutuhan konsumen. Kedua, setelah terangsang kebutuhannya,
konsumen akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak dari berbagai
sumber. Ketiga, mengevaluasi
alternatif, dalam hal ini, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
tersebut akan menjadi bahan ppertimbangan bagi konsumen untuk mengambil
kepputpusan sesuai dengan manfaat, keterpercayaan merek dan biaya atau risiko
yang akan diperoleh jika membeli suatu produk. Keempat, mengambil keputusan, yang mana setelah melakukan evaluasi
dan pertimbangan yang matang, konsumen akan mengambil keputusan. Kelima, evaluasi pembelian, setelah
membeli, konsumen akan mengevaluasi keputusan dan tindakannya dalam membeli.
Terjadinya proses pembelian
suatu produk oleh konsumen tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Secara
garis besar, faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri konsumen seperti pengalaman
belajar, kepribadian, motivasi, sikap, persepsi, dan faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal
dari lingkungan luar seperti faktor budaya, faktor sosial yang terdiri dari
kelompok referensi dan keluarga, faktor ekonomi, serta faktor bauran pemasaran.
Hal yang paling berpengaruh
terhadap perilaku konsumen adalah faktor internal psikologi konsumen yang mana
konsumen memiliki kebiasaan dan tingkah laku yang berbeda-beda. Psikologi konsumen merupakan hubungan antara
penciptaan suatu produk dan peluang
penggunaannya
oleh individu dengan proses-proses mental (psikologis) yaitu meliputi pemahaman
tentang proses psikologi dalam diri konsumen sebagai individu maupun kelompok,
aspek-aspek psikologi yang dipertimbangkan dalam strategi pemasaran maupun distribusi produk,
riset pemasaran dalam konteks psikologi. Psikologi konsumen berakar pada psikologi periklanan dan penjualan. Pada
psikologi konsumen tercakup penelitian tentang konsumen sebagai pembeli dan
konsumen sebagai warga negara, serta sebagai sumber data dari pengetahuan
perilaku dasar. Proses internal psikologi konsumen terdiri dari persepsi,
perhatian selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
Dalam mempelajari konsumen, terdapat alternatif lain, antara lain: Pertama, pendekatan interpretif yang merupakan pedekatan yang mengkaji perilaku konsumsi secara mendalam. Kedua, pendekatan tradisional yang
didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan
behaviorial serta ilmu sosiologi. Ketiga,
pendekatan sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika.
Sumber:
Amirullah, 2002, Perilaku
Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta
Amirullah dan Sri Budi Cantika, (2001), Manajemen Strategi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Nugroho, Adi, 2002, Perilaku
Konsumen, Studia Press, Jakarta
Schiffman, L.G. dan L.L. Kanuk, 2007, Consumer Behaviour, USA, New Jersey
Prentice Hall
Suryani, Tatik, 2013, Perilaku Konsumen di Era Internet Implikasinya pada Strategi Pemasaran,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Olson, Jerry dan Paul Peter. 2008. Perilaku Konsumen
& Strategi Pemasaran, edisi ke-7 . New York: McGraw Hill.
MAKALAH "ANALISIS PERILAKU KONSUMEN"
“ANALISIS KONSUMEN II ”
KOMUNIKASI
PEMASARAN PERBANKAN SYARIAH
Dosen
Pengampu : HANDES, M.Kom
Disusun
Oleh:
Siti Rinakiyah 11523179
VI/B
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTIUT
AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah mata kuliah Komunikasi
Pemasaran Perbankan Syariah. Makalah ini berisikan
tentang penjelasan mengenai “ analisis perilaku konsumen 2”. Yang diampu oleh
Bapak Handes, M.Kom
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai komponen
diatas, serta keterkaitannya dengan komunikasi pemasaran. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kami dan
pembaca untuk kabahagiaan di dunia dan akhirat. Amiin.
Pontianak,
16 Maret 2018
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN................................................................................................................. 3
A. DEFINISI
PERILAKU KONSUMEN....................................................................... 3
B. PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN..................................................................... 4
Tahapan proses pengambilan keputusan pembelian, antara lain:................................. 5
C. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN.......... ..7
D. PROSES INTERNAL
PSIKOLOGI KONSUMEN.................................................. 17
D. ALTERNATIF
PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI KONSUMEN............. 18
BAB III............................................................................................................................ 19
PENUTUP........................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada era globalisasi yang
semakin canggih ini, perkembangan usaha bisnis ditandai dengan tingkat
persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Keadaan tersebut
menyebakan perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan perusahaan, memperoleh laba
optimal serta berusaha memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi
perusahaan pesaing. Seorang pemasar dituntut mampu menciptakan strategi
pemasaran yang tepat dalam rangka persaingannya dengan perusahaan lain. Pemasar
juga harus menciptakan produk yang mampu mengkarakteristikkan diri
agar konsumen mengenal produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan
tersebut. Untuk mengantarkan identitas perusahaan agar mudah dikenal konsumen,
merek menjadi hal yang sangat penting.
Agar dapat menarik minat dan
perhatian konsumen untuk memutuskan membeli produk, perusahaan tentunya harus
bisa memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, karena banyak faktor yang
mendorong konsumen untuk melakukan kegiatan pembelian suatu barang ataupun
penggunaan suatu jasa. Maka dari itu, perusahaan atau pemasar perlu mempelajari
dan memahami perilaku konsumen. Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah
penting karena dapat dijadikan pedoman suatu perusahaan untuk mencapai
tujuannya. Sebuah prinsip pemasaran mengatakan bahwa pencapaian tujuan
perusahaan tergantung pada seberapa mampu perusahaan memahami kebutuhan dan
keinginan konsumen, serta memenuhinya secara lebih efisien dan efektif
dibandingkan para pesaingnya.
Kemampuan dalam menganalisis perilaku konsumen menunjukkan keberhasilan
para pemilik barang dan jasa dalam memasarkan produk yang akan menghasilkan
kepuasan kepada konsumen (customer satisfaction) dan bagi
dirinya pribadi (self satifaction). Maka dari itu, pada makalah ini
akan dijelaskan mengenai analisis perilaku konsumen.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Perilaku Konsumen?
2.
Bagaimana Proses Keputusan Pembelian konsumen?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen?
4.
Bagaimana Proses Internal Psikologi Konsumen?
5.
Bagaimana Alternatif Pendekatan dalam Mempelajari Konsumen?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi konsumen.
2.
Untuk mengetahui Proses Keputusan Pembelian konsumen.
3.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen.
4.
Untuk mengetahui Proses Internal Psikologi Konsumen.
5.
Untuk mengetahui Alternatif Pendekatan dalam Mempelajari Konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Perilaku Konsumen
Pada hakikatnya, perilaku
merupakan tindakan nyata seseorang yang dapat diobservasi secara langsung.
Sedangkan konsumen adalah seseorang yang terlibat dalam suatu kegiatan pembelian
atau penggunaan produk. Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan
keputusan dan aktifitas masing-masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi,
mendapatkan, penggunaan, atau mengatur barang-barang dan jasa (Adi Nugroho,
2002:2).
Sedangkan menurut James F.
Engel et al, mengatakan bahwa “consumer
behavior is the defined as the acts of individuals directly involved in
obtaining and using economic good service including the decision pprocess that
precede and determine these acts” (perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (Amirullah,
2002:2).
Perilaku konsumen merupakan
perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku ini termasuk suatu studi unit pembelian
dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan konsumsi dan pembuatan barang
dan jasa, pengalama, serta ide.
Perilaku konsumen sendiri
merupakan proses yang dinamis yang mencakup perilaku konsumen individual,
kelompok dan anggota masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan.
Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi
yang dinamis mengenai perasaan, kognisi, perilaku, dan lingkungan dimana
individu melakukan pertukaran dalam berbagai aspek di dalam kehidupannya (Peter
dan Olson, 2010:5).
Contohnya, seseorang menjadi
senang setelah mendengar melalui internet bahwa produk hp android lokal Advan,
mengeluarkan tipe terbarunya yaitu Advan G2 dengan keutamaan kamera depan dan
belakangnya, kemudian membelinya dan puas menggunakan telepon genggam tersebut.
Berdasarkan berbagai
pengertian pperilaku konsumen diatas, dapat disimpulkan bawa perilaku konsumen
merupakan sejumlah tindakan-tindakan yang nyata dari konsumen yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu, seperti faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya
yang mengarahkan konsumen untuk memilih dan menggunakan barang-barang yang
diinginkan oleh konsumen.
Perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi 2, antara lain:
1.
Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional dan
Irrasional.
Ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional:
a.
Konsumen memilih barang berdasarkan
kebutuhan
b.
Barang yang dipilih konsumen
memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
c.
Konsumen memilih barang yang mutunya
terjamin
d.
Konsumen memilih barang yang harganya
sesuai dengan kemampuan konsumen
2.
Perilaku Konsumen yang bersifat
Irrasional, antara lain:
a. Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak
maupun elektronik
b. Konsumen memiliki barang-barang bermerk atau branded yang sudah dikenal
luas
c. Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau prestise
B.
Proses Keputusan Pembelian
Menurut keputusan pembelian,
konsumen dapat dikelompokkan menjadi konsumen akhir (individual), yang terdiri
atas individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau konsumsi. Sedangkan kelompok lain adalah konsumen
organisasional yang terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang dan
lembaga non-profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk memperoleh laba atau
untuk memebuhi kebutuhan dan kesejahteraan anggotanya.
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri
kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen
akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.
Dalam proses pembelian, terdapat tipe proses pembelian, antara
lain:
1. Proses Complex Decision
Making. Proses ini terjadi apabila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli produk
sepatu. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk
mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria
tertentu seperti sepatu olahraga,seperti sepatu roda dapat mempercepat waktu
berjalan dan menghemat tenaga. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah
sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian
informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2. Proses Brand Loyalti.
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli
merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket
merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian
adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan
dalam olah raga, sepatu sekolah dan sepatu kerja untuk dapat
beraktivitas.Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu.
Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting
keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Menurut schiffman dan Kanuk
(2007: 16) pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
terdiri dari input, proses dan output. Yang mana dalam hal ini terdapat tiga
tahapan dalam proses pengakuan adanya kebutuhan, usaha pencarian informasi
sebelum membeli dan penilaian terhaadp alternatif. Berikut ini beberapa tahapan
proses pengambilan keputusan pembelian, antara lain:
1.
Mengenali kebutuhan
Pada tahap awal ini, Proses
pembelian dimulai ketika pembeli (konsumen) mengenali kebutuhannya. Kebutuhan
tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal maupun eksternal. Contohnya,
ketika melewati sebuah restoran seseorang tiba-tiba merasa lapar karena mencium
aroma masakan dari dalam restoran tersebut.
Pada tahap ini pemasar perlu melakukan identifikasi keadaan yang dapat
memicu timbulnya kebutuhan konsumen. Para pemasar dapat melakukan penelitian
pada konsumen untuk mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat mereka terhadap suatu produk.
2.
Mencari informasi
Konsumen yang
terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi informasi yang
lebih banyak dari berbagai sumber. Yang dapat menjadi perhatian pemasar
dalam tahap ini adalah bagaimana caranya agar pemasar dapat mengidentifikasi
sumber-sumber utama atas informasi yang didapat konsumen dan bagaimana pengaruh
sumber tersebut terhadap keputusan pembelian konsumen selanjutnya. Secara umum,
konsumen mendapatkan sebagian informasi tentang sebuah produk melalui sumber
komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang
paling efektif berasal dari sumber pribadi, baik dari keluarga, teman, kenalan
maupun tetangga. Tiap-tiap informasi komersial menjalankan perannya sebagai
pemberi informasi, dan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi atau
evaluasi. Melalui sebuah aktivitas pengumpulan informasi, konsumen dapat
mempelajari merek-merek yang bersaing beserta fitur-fitur yang dimiliki oleh
setiap merek sebelum memutuskan untuk membeli merek yang mana.
3.
Mengevaluasi altenatif
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut
akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan.
Konsumen akan mempertimbangkan manfaat termasuk keterpercayaan merek dan biaya
atau risiko yang akan diperoleh jika membeli sutu produk.
4.
Mengambil keputusan
Setelah melalui evaluasi dan
pertimbangan yang matang,konsumen akan mengambil keputusan. Terdapat dua faktor
yang mempengaruhi keputusan membeli dan tujuan pembelian, yaitu sikap orang
lain, dan faktor situasional yang tidak dapat diprediksikan.
5.
Evaluasi paska pembelian
Setelah membeli, konsumen
akan mengevaluasi keputusan dan tindakannya dalam membeli. Jika dinilai kinerja
produk atau layanan yang dirasakan sama atau melebihappa yang diharapkan, maka
konsumen akan puas, begitu pula sebaliknya. Kepuasan dan ketidak puasan yang
dialami konsumen akan berpengaruh terhadap peerilaku selanjutnya.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen dalam menentukan brand apa yang akan dibelinya tentu dipengaruhi beberapa
faktor tertentu. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua
macam, antara lain:
1.
Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri konsumen, faktor tersebut dapat berubah jika ada pengaruh dari
faktor luar, namun jika faktor internal memiliki posisi yang lebih kuat maka
faktor luar tidak akan memiliki pengaruh yang berarti.
Diantara faktor-faktor internal tersebut antara lain:
a.
Pengalaman Belajar dan Memori
Pengalaman belajar merupakan suatu hal yang pernah
dialami, dibaca, ataupun dipelajari oleh konsumen, sehingga menghasilkan
pemikiran-pemikiran dan pengetahuan yang mana akan menjadi salah satu pedoman
konsumen dalam kejadian selanjutnya. Sedangkan memori merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam memahami dan mengingat perubahan-perubahan yang
terjadi berdasarkan pengetahuan maupun pengalaman serta kepercayaan yang
tersimpan dalam ingatan.
Perilaku konsumen dapat dipelajari karena adanya
pengalaman belajar konsumen. Untuk mengetahui hal tersebut melalui proses
belajar konsumen, Loudon dan Della Bita membagi perilaku belajar manusia
menjadi tiga jenis, antara lain:
1)
Perilaku fisik, yaitu manusia mempelajari beberapa pola perilaku fisik
yang bermanfaat dalam merespon berbagai situasi yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua orang yang sehat akan belajar
berjalan dan berbicara untuk merespon tuntutan kesehariannya.
2)
Pembelajaran melalui simbol dan pemecahan masalah, pada jenis
pembelajaran ini manusia mempelajari arti-arti simbolis yang memungkinkan
komunikasi lebih efisien melalui pengembangan bahasa. Dengan simbol-simbol juga
memungkinkan pemasar berkomunikasi dengan konsumen melalui sarana yang
tersedia. Contohnya, konsumen umumnya mengetahui apabila kepalan telapak tangan
di atas permukaan air adalah symbol dari extra joss.
3)
Pembelajaran secara afektif. Pada tipe ini manusia belajar menilai
elemen-elemen tertentu dari lingkungan dan hal-hal yang tidak disukai lainnya.
Yang mana kopnsumen mempelajari keinginan-keinginan, tujuan, dan
motif-motifnya, sampai pada produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Sikap
dalam hal ini akan mempengaruhi kecenderungan membeli pada sejumlah merek
(Amirullah, 2002: 37).
b.
Kepribadian dan Konsep diri
Kepribadian dan konsep diri merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan, kepribadian yang dimiliki komsumen tentunya berbeda-beda
maka dari itu memahami kepribadian konsumen sangatlah penting. Kepridbadian
dapat menjadi variabel yang berguna dalam menganalisis perilaku konsumen jika
berbagai tipe kepridbadian dapat dikelompokkan dan terdapat suatu hubungan kuat
antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.
Sedangkan konsep diri banyak mempengaruhi keputusan
membeli konsumen. Karena konsep diri merupakan pandangan seseorang tentang
dirinya sendiri, sehingga konsumen tersebut yang mengetahui posisi dirinya
sendiri. Seorang konsumen yang memposisikan dirinya berkepribadiaan tinggi,
tentunya akan menginginkan produk yang sesuai dengan kepribadianya.
c.
Motivasi dan Keterlibatan
Seringkali motivasi digambarkan sebagai suatu kekuatan
yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Berdasarkan pada
sifatnya yang dinamis, motivasi cenderung berubah dan berkembang sejalan dengan
bertambahnya pengalaman dan pembelajaran yang dialami orang tersebut. Motivasi
konsumen penting diketahui oleh pemasar agar pemasar dapat melakukan berbagai
upaya yang mendorong konsumen untuk tertarik dan membeli produknya.
Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan
serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka
membuat keputusan (Amirullah, 2002: 40). Apabila konsumen merasa bahwa keterlibatan
produk tinggi, maka konsumen tersebut akan mengalami tanggapan pengaruh yang
lebih kuat seperti emosi dan perasaan kuat.
Motivasi mempunyai keterlibatan dalam mempengaruhi
konsumen untuk memutuskan membeli suatu produk. Semakin kuat motivasi yang
dimiliki, maka semakin kuat keterlibatan tersebut. Menurut Tatik Suryani (2013:
36) terdapat empat metode pengukuran motivasi, antara lain:
1)
Metode wawancara mendalam
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara secara
mendalam terhadap konsumen yang telah dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan hasil yang akurat sehingga dapat mengungkap motivasi
konsumen, diperlukan adanya panduan wawancara.
2)
Metode tes proyektif
Metode ini sering dipakai dalam bidang psikologi untuk
mengetahui motivasi konsumen. Dalam metode ini konsumen ditanya tentang reaksi
dan pendapat orang lain seandainya berada alam situasi tertentu, apa yang
mendorongnya apa yang memotivasinya and bagaimana pendapatnya.
3)
Metode kuesioner
Metode ini terdiri dari beberapa pendapat yang mana
nantinya konsumen akan memberikan penilaian mengenai setuju tidaknya dengan
pendapat tersebut. Selain dapat digunakan sendiri, metode ini pjuga digunakan
sebagai pelengkap ppenggunaan metode wawancara. Kuesioner digunakan untuk
memandu dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan pada saat melakukan wawancara.
4)
Metode kelompok fokus
Metode ini, mengunakan anggota yang dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategik. Anggota yang dipilih
seharusnya dapat merepresentasikan atau mewakili konsumen yang menjadi sasaran
pemasaran, jumlah kelompok dapat diatur berkisar 10 orang dan dipimpin oleh
orang yang mempunyai kemampuuan untuk menfasilitasi proses diskusi yang
memungkinkan konsumen dapat mengungkapkan motivasinya.
d.
Sikap
Menurut Allport sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon terhadap suatu obyek dalam bentuk rasa suka atau
tidak suka (Tatik Suryani, 2013: 120). Jadi, sikap disini merupakan ekspresi
dari perasaan seseorang yang mencerminkan apakah seseorang tersebut senang atau
tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu
objek.
Sikap seringkali dianggap sebagai prediktor dari
perilaku. Dalam perilaku konsumen, sikap dapat digunakan untuk memprediksi
keputusan membeli. Sikap konsumen mempunyai peran sentral dalam perilaku
konsumen karena sikap konsumen merupakan faktor psikologis penting yang perlu
dipahami pemasar. Konsumen yang bersikap positif terhadap suatu produk
cenderung mempunyai keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk yang
disukainya. Sikap dianggap memiliki tiga unsur, antara lain:
1)
Kognitif (pengetahuan)
2)
Afektif (emosi, perasaan)
3)
Konatif (tindakan)
Perkembangan sikap konsumen senantiasa berubah seiring
dengan perkembangan teknologi internet yang memudahkan konsumen mengakses
informasi dari berbagai sumber. Pada masa sekarang, untuk membentuk sikap
konsumen tidaklah semudah di era sebelumnya, saat ini konsumen tidak hanya
mengetahui informasi dari website perusahaan, tetapi juga dari website komunitas
dunia maya dan jejaring sosial. Oleh karena itu, kehadiran teknologi internet
juga harus didayagunakan oleh pemasar dalam upaya membentuk sikap positif, dan
mengubah sekap negatif konsumen.
Menurut Tatik Suryani (2013: 129-130), terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1)
Pengalaman Langsung
2)
Pengaruh Keluaga
3)
Pengaruh teman Sebaya
4)
Pemasaran Langsung
5)
Tayangan Media Massa.
e.
Persepsi
Persepsi merupakan proses
dimana individu mimilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dala
bentuk arti dan gambar. Bisa juga diartikan sebagai gambaran seseorang terhadap
lingkungan disekitarnya.
Menurut Amirullah (2002:
43), setiap konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda yang mana hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1)
Pengaruh tampilan fisik. Dimana individu cenderung mengasosiasikan suatu
bentuk fisik dari objek yang diamati, termasuk suatu pernyataan dengan
pandangan yang berlaku umum. Contohnya, warna putih menunjukkan sesuatu yang
bersih dan suci. Sehingga pemasar cenderung menggunakan warna ini untuk produk
pembersih pakaian
2)
Gaya meniru. Individu cenderung untuk mengartikan sebuah gambar atau
tampilan dalam pikiran mereka dari yang sesuai dengan stimuli yang
mendorongnya. Contohnya, penampilan seorang idola yang menggunakan produk
tertentu cenderung akan ditiru oleh konsumen.
3)
Isyarat yang menyimpang. Jika pertimbangan yang dibutuhkan untuk
membentuk keputusan dirasakan sulit, konsumen biasanya terpaksa mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal diluar spesifikasi dasar adri produk.
Contohnya, onsumen membeli mobil tidak berdasarkan spesifikasi mobil tetapi
hanya melihat model, warna, atau penampilan mobil tersebut.
4)
Kesan pertama. Kesan pertama cenderung diabadikan oleh konsumen, mereka
akan menangkap positif atau negatif dari suatu produk tergantung pada bagaimana
produk itu memposisikannya dalam benak konsumen. Contohnya, memposisikan suatu
produk dengan harga yang lebih murah.
5)
Pengaruh penilaian. Persepsi seseorang cenderung dipengaruhi oleh
penilaian orang lain. Jika orang lain menganggap baik suatu produk, maka
konsumen biasanya percaya atas penilaian tersebut. Dalam konteks perilaku
konsemuen, kelompok referensi banyak dijadikan dasar keputusan membeli konsumen
karena penilaiannya yang dianggap dapat meyakini.
Persepsi pada hakikatnya
merupakan proses psikologis yang kompleks yang melibatkan aspek fisiologis.
Proses psikologis penting yang terlibat dimulai dari adanya aktivitas memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimuli sehingga konsumen dapat
memberikan makna atas suatu obyek. Usaha apapun yang dilakukan oleh pemasar
tidak akan berarti jika konsumen memiliki persepsi yang berbeda dengan yang
dikehendaki pemasar.
2.
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal ialah faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk
berdasarkan lingkungan. Keputusan untuk membeli suatu produk saat ini cenderung
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku konsumen, antara lain:
a.
Faktor budaya
Negara indonesia yang
memiliki keanekaragaman budaya menjadikan faktor budaya sebagai salah satu
peluang pasar yang sangat potensial bagi pemasar produk-produk luar negeri
maupun dalam negeri. Keanekaragaman budaya juga memberikan pemasar peluar untuk
inovatif dalam menciptakan beragam produk yang disesuaikan dengan budaya dari
segmen pasar yang dituju.
Menurut Schiffman dan Kanuk, budaya adalah “culture as the sum total of learned beliefs,
values, and customs that serve to direct the consumer behavior of members of a
particular society”. (budaya didefinisikan sebagai sejumlah nilai,
kepercayaan dan kebiasaan yang digunakan untuk menunjukkan perilaku konsumen
langsung dari kelompok masyarakat tertentu) (Amirullah, 2002: 46).
Keberagaman keyakinan,
nilai-nilai dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat mempengaruhi perilaku,
termasuk perilaku dalam membeli maupun menggunakan produk. Perbedaan dalam hal
keyakinan yang terkait dengan acara ritual kedaerahan dan keagamaan menjadi
peluang untuk menciptakan produk-produk yang relevan. Perbedaan dalam
acara-acara ritual dapat memberikan inspirasi untuk melakukan inovasi secara
terus menerus sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub
budaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub
budaya sub-sub budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat
dibedakan menjadi empat jenis yaitu, kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,
kelompok ras, area geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar penting
dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen.
Menurut Tatik Suryani (2013: 222-223), terdapat tiga
pendekatan untuk mengukur budaya yang lazim digunakan oleh pemasar, antara
lain:
2)
Analisis Isi (content analysis)
Pada analisis ini dilakukan dengan cara menganalisis
isi tulisan-tulisan, komunikasi gambar, dan hasil karya sastra yang ada di
suatu masyarakat.
3)
Kerja Lapangan
Kerja lappangan sering dipakai oleh para antropolag
dalam mengkaji perilaku masyarakat tertentu. Dengan cara observasi terhadap
perilaku, nila-nilai kebiasaan, dan keyakinan yang berkembang di suatu
masyarakat selama jangka waktu tertentu. Peneliti juga bisa bertindak sebagai pengamat
partisipatif, yaitu terlibat langsung jadi bagian dari masyarakat.
4)
Instrumen Survei Pengukuran Nilai
Salah satu instrumen yang sering dipakai dalam riset
nilai-nilai budaya konsumen adalah List
of Value (LOV). Skala LOV dibuat berdasarkan Rokeach Value Survey.
b.
Faktor Sosial
Pemahaman terhadap faktor
sosial berpengaruh pada sikap dan perilaku konsumen. Masyarakat yang berada
pada kelas sosial yang berbeda cenderung mempunyai sikap dan perilaku yang
berbeda, sebaliknya mereka yang berada ppada kelas sosial yang sama cenderung
mempunyai persamaan sikap dan perilaku.
Kelas sosial didefinisikan
sebagai pembagian anggota masyarakat kedalam suatu hirarki kelas-kelas status
yang berbeda, sehingga anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai
kesamaan. Sehingga terdapat penjenjangan dalam kelas sosial, dari yang paling
rendah hingga yang paling tinggi. Terdapat dua sifat kelas sosial, antara lain;
1)
Hirarkis, yaitu kelas sosial yang bersifat berjenjang. Dari yang paling
rendah, menengah, dan atas.
2)
Dinamis, yaitu kelas sosial yang mana seorang konsumen dapat berubah menjadi
lebih tinggi (naik), dan dapat pula mengalami penurunan. Hal ini diikuti dengan
penyesuaian pola konsumsi dan gaya hidup.
Pemahaman mengenai kelas
sosial akan lebih akurat dengan melakukan pengukuran kelas sosial. Menurut
Tatik Suryani (2013: 200-202), terdapat tiga pendekatan untuk mengukur kelas
sosial, antara lain:
1)
Pengukuran Subyektif
Merupakan yang mudah dan
praktis, yang mana peneliti pemasaran cukup bertanya kepada konsumen yang
merupakan pihak yang akan diukur mengenai kelas sosialnya.
2)
Pengukuran Reputasional
Pengukuran ini dilakukan
dengan menanyakan kepada orang lain yang mengenal lingkungan konsumen yang akan
diukur (informan).
3)
Pengukuran Obyektif
Merupakan pengukuran yang
paling dapat dipercaya untuk mengukur kelas konsumen, dalam pengukuran ini
peneliti tidak bisa langsung bertanya. Peneliti perlu mengembangkan indikator
yang mengindikasikan kelas sosial seseorang di masyarakat. Indikator tersebut
terdiri dari pekerjaan, pendidikan, pendapatan. Selain ketiga indikator
tersebut, terdapat indikator lain yang digunakan sebagai pelengkap, yaitu
lokasi tempat tinggal, banyaknya investasi yang dimiliki, kepemilikan mobil,
tanah, dan lain-lain.
Pada kelompok sosial,
terdapat dua kelompok utama, antara lain:
1)
Kelompok Referensi, pada kelompok
referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa
di antaranya adalah kelompok-kelompok primer, yang dengan adanya
interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga dan
teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi
dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan.
2)
Keluarga
Dalam hal ini dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli,
yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua
seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama,
politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan
cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang
keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam
suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
c.
Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi seseorang
memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila
indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah
untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan mengubah harga produknya.
Amirullah dan Sri Budi (2001: 24) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya
kekuatan yang sangat besar yang mempengaruhi daya beli dan pola pembelian
konsumen meliputi:
1)
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menindikasikan adanya kemudahan dalam menyalurkan dan
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan menjadi peluang besar bagi setiap perusahaan dalam
meraih pasar karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membentuk masyarakat
yang memiliki daya beli yang tinggi pula.
2)
Tingkat pendapatan per kapita
Perdapatan perkapita masyarakat adalah jumlah uang
yang dimiliki masyarakat setempat untuk melakukan transaksi-transaksi ekonomi.
masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi biasanya diikuti dengan
semakin meningkatnya kebutuhan-kebutuhan yang berarti adanya peluang besar.
3)
Tingkat inflasi.
Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga-pharga barang yang berlangsung
secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Tingkat inflasi yang tinggi
memppengaruhi kemampuan masyarakat untuk membeli suatu barang. Bagi pemasar,
kecenderungan adanya kenaikan tingkat inflasi menjadi tantangan sekaligus
peluang usaha.
d.
Faktor Bauran Pemasaran
Unsur pokok dalam strategi pemasaran adalah bauran
pemasaran (marketing mix), yang oleh
Stanton didefinisikan sebagai kombinasi dari empat variabel atau kegiatan inti
dari sistem pemasaran perusahaan. Bauran pemasaran merupakan variabel
terkendali yang dapat digunakan pemasar untuk mempengaruhi tanggapan konsumen
dari segmen pasar tertentu yang dituju. Variabel-variabel tersebut antara lain;
1)
Variabel Produk
2)
Variabel Harga
3)
Variabel Promosi
4)
Variabel Distribusi
D.
Proses Internal Psikologi Konsumen
Psikologi konsumen merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang
perilaku konsumen pada seseorang atau manusia. Konsumen biasa memiliki
kebiasaan dan tingkah laku yang berbeda-beda. menurut pandangan filsafat
ilmu, bahwa ilmu saling melengkapi dan mengisi. Psikologi konsumen ini juga
demikian, agar suatu ilmu semakin sempurna (kompleks) dan bermanfaat bagi
manusia.
Psikologi konsumen merupakan hubungan antara
penciptaan suatu produk dan peluang
penggunaannya
oleh individu dengan proses-proses mental (psikologis) yaitu meliputi pemahaman
tentang proses psikologi dalam diri konsumen sebagai individu maupun kelompok,
aspek-aspek psikologi yang dipertimbangkan dalam strategi pemasaran maupun distribusi produk,
riset pemasaran dalam konteks psikologi.
Psikologi konsumen berakar pada psikologi periklanan dan penjualan. Pada
psikologi konsumen tercakup penelitian tentang konsumen sebagai pembeli dan
konsumen sebagai warga negara, serta sebagai sumber data dari pengetahuan perilaku
dasar. Masing-masing metode yang digunakan dalam psikologi konsumen memiliki
keluasan perbedaan dalam hal desain eksperimentalnya, subjek yang diteliti,
prosedur pengumpulan data, dan instrument-instrumennya.
Berikut ini proses internal psikologi konsumen, antara lain:
1.
Persepsi. Persepsi merupakan proses dimana
individu mimilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus ke dala bentuk
arti dan gambar. Bisa juga diartikan sebagai gambaran seseorang terhadap
lingkungan disekitarnya. Dalam perilaku konsumen, persepsi menjadi faktor
psikologis yang memengaruhi karena dengan adanya persepsi konsumen dapat
menentukan selera hingga keputusan dalam mengonsumsi sesuatu.
2.
Perhatian Selektif. Tahap
ini memberi penjelasan mengenai bagaimana konsumen melakukan seleksi secara
mendalam dari berbagai informasi yang diperolehnya.
3.
Distorsi Selektif. Pada
tahap ini, konsumen akan menginterpretasikan informasi yang diterimanya sesuai
dengan yang diyakininya.
4.
Retensi Selektif. Pada tahap
ini, konsumen akan mempertahankan sikap dan kepercayaannya melalui informasi
yang diterimanya.
E.
Alternatif Pendekatan dalam Mempelajari Konsumen
Menurut Olson,
Jerry dan Paul Peter, terdapat beberapa
pendekatan dalam mempelajari konsumen, antara lain:
1.
Pendekatan
Interpretif. Pendekatan ini menggali
secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan
dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk
memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi
konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan
menggunakannya.
2.
Pendekatan
tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif,
sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini
bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan
pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei
untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang
konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan
sosial terhadap perilaku konsumen.
3.
Pendekatan sains
pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan
menguji coba model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia
menurut Abraham Maslow (Teori hierarki kebutuhan Maslow)
untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola
konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan diatas, sama-sama memiliki
nilai yang tinggi dan memberikan
pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan
tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah
satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perilaku konsumen merupakan
perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku ini termasuk suatu studi unit pembelian
dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan konsumsi dan pembuatan barang
dan jasa, pengalama, serta ide.
Dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dilakukan melalui lima tahapan, pertama, mengenali kebutuhan. Kedua mencari
informasi. Ketiga, mengevaluasi alternatif. Keempat, mengambil keputusan. Kelima,
melakukan evaluasi paska pembelian.
Faktor-pfaktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen, secara garis besar dibagi menjadi dua faktor, yaitu, Faktor
Internal, yang terdiri dari kepribadian, pegalaman belajar, motivasi, persepsi,
serta sikap, dan faktor eksternal, yang terdiri
dari faktor budaya, sosial, ekonomi dan bauran pemasaran.
Psikologi konsumen merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang
perilaku konsumen pada seseorang atau manusia. Konsumen biasa memiliki
kebiasaan dan tingkah laku yang berbeda-beda. menurut pandangan filsafat
ilmu, bahwa ilmu saling melengkapi dan mengisi. Psikologi konsumen ini juga
demikian, agar suatu ilmu semakin sempurna (kompleks) dan bermanfaat bagi
manusia. Proses internal psikologi konsumen terdiri dari persepsi, perhatian selektis,
distorsi selektif, dan retensi selektif.
Sedangkan dalam pendekatan konsumen, terdapat alterdnatif pendekatan tersebut,
yaitu pendekatan interpretif, pendekatan tradisional
yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif,
sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi, dan pendekatan sains
pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, 2002, Perilaku
Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta
Amirullah dan Sri Budi Cantika, (2001), Manajemen Strategi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Nugroho, Adi, 2002, Perilaku
Konsumen, Studia Press, Jakarta
Schiffman, L.G. dan L.L. Kanuk, 2007, Consumer Behaviour, USA, New Jersey
Prentice Hall
Suryani, Tatik, 2013, Perilaku Konsumen di Era Internet Implikasinya pada Strategi Pemasaran,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Olson, Jerry dan Paul Peter. 2008, Perilaku Konsumen & Strategi Pemasan, edisi ke-7, McGraw Hill, New York
Olson, Jerry dan Paul Peter. 2008, Perilaku Konsumen & Strategi Pemasan, edisi ke-7, McGraw Hill, New York
Langganan:
Postingan (Atom)