Pada era globalisasi yang
semakin canggih ini, perkembangan usaha bisnis ditandai dengan tingkat
persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Keadaan tersebut
menyebabkan perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan perusahaan, memperoleh laba
optimal serta berusaha memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi
perusahaan pesaing. Seorang pemasar dituntut mampu menciptakan strategi
pemasaran yang tepat dalam rangka persaingannya dengan perusahaan lain. Pemasar
juga harus menciptakan produk yang mampu mengkarakteristikkan diri
agar konsumen mengenal produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan
tersebut. Untuk mengantarkan identitas perusahaan agar mudah
dikenal konsumen, merek menjadi hal yang sangat penting.
Agar dapat menarik minat dan
perhatian konsumen untuk memutuskan membeli produk, perusahaan tentunya harus
bisa memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, maka dari itu mempelajari
perilaku konsumen sangat penting untuk dilakukan.
Menurut James F. Engel et
al, mengatakan bahwa “consumer behavior
is the defined as the acts of individuals directly involved in obtaining and
using economic good service including the decision pprocess that precede and
determine these acts” (perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan
barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut (Amirullah, 2002:2). Contohnya, seseorang menjadi senang setelah
mendengar melalui internet bahwa produk hp android lokal Advan, mengeluarkan
tipe terbarunya yaitu Advan G2 dengan keutamaan kamera depan dan belakangnya,
kemudian membelinya dan puas menggunakan telepon genggam tersebut.
Keputusan pembelian yang
dilakukan konsumen tentunya melalui beberapa proses. Sebelum mengetahui proses
perilaku konsumen hendaknya perlu diketahui mengenai tipe proses pembelian
dari konsumen itu sendiri. Terdapat dua tipe pembelian yaitu, pertama, complex decision making yang mana proses
ini terjadi apabila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan
yang terjadi. Kedua, brand loyalti,
pada proses ini konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan melalui proses sedikit pertimbangan.
Menurut schiffman dan Kanuk
(2007: 16) pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
terdiri dari input, proses dan output. Berikut ini tahapan proses pengambilan
keputusan pembelian, antara lain; Pertama,
proses pembelian melalui pengenalan kebutuhan konsumen yang mana pemasar
melakukan identifikasi keadaan yang dapat memicu timbulnya kebutuhan konsumen. Kedua, setelah terangsang kebutuhannya,
konsumen akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak dari berbagai
sumber. Ketiga, mengevaluasi
alternatif, dalam hal ini, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
tersebut akan menjadi bahan ppertimbangan bagi konsumen untuk mengambil
kepputpusan sesuai dengan manfaat, keterpercayaan merek dan biaya atau risiko
yang akan diperoleh jika membeli suatu produk. Keempat, mengambil keputusan, yang mana setelah melakukan evaluasi
dan pertimbangan yang matang, konsumen akan mengambil keputusan. Kelima, evaluasi pembelian, setelah
membeli, konsumen akan mengevaluasi keputusan dan tindakannya dalam membeli.
Terjadinya proses pembelian
suatu produk oleh konsumen tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Secara
garis besar, faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri konsumen seperti pengalaman
belajar, kepribadian, motivasi, sikap, persepsi, dan faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal
dari lingkungan luar seperti faktor budaya, faktor sosial yang terdiri dari
kelompok referensi dan keluarga, faktor ekonomi, serta faktor bauran pemasaran.
Hal yang paling berpengaruh
terhadap perilaku konsumen adalah faktor internal psikologi konsumen yang mana
konsumen memiliki kebiasaan dan tingkah laku yang berbeda-beda. Psikologi konsumen merupakan hubungan antara
penciptaan suatu produk dan peluang
penggunaannya
oleh individu dengan proses-proses mental (psikologis) yaitu meliputi pemahaman
tentang proses psikologi dalam diri konsumen sebagai individu maupun kelompok,
aspek-aspek psikologi yang dipertimbangkan dalam strategi pemasaran maupun distribusi produk,
riset pemasaran dalam konteks psikologi. Psikologi konsumen berakar pada psikologi periklanan dan penjualan. Pada
psikologi konsumen tercakup penelitian tentang konsumen sebagai pembeli dan
konsumen sebagai warga negara, serta sebagai sumber data dari pengetahuan
perilaku dasar. Proses internal psikologi konsumen terdiri dari persepsi,
perhatian selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.
Dalam mempelajari konsumen, terdapat alternatif lain, antara lain: Pertama, pendekatan interpretif yang merupakan pedekatan yang mengkaji perilaku konsumsi secara mendalam. Kedua, pendekatan tradisional yang
didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan
behaviorial serta ilmu sosiologi. Ketiga,
pendekatan sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika.
Sumber:
Amirullah, 2002, Perilaku
Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta
Amirullah dan Sri Budi Cantika, (2001), Manajemen Strategi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Nugroho, Adi, 2002, Perilaku
Konsumen, Studia Press, Jakarta
Schiffman, L.G. dan L.L. Kanuk, 2007, Consumer Behaviour, USA, New Jersey
Prentice Hall
Suryani, Tatik, 2013, Perilaku Konsumen di Era Internet Implikasinya pada Strategi Pemasaran,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Olson, Jerry dan Paul Peter. 2008. Perilaku Konsumen
& Strategi Pemasaran, edisi ke-7 . New York: McGraw Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar